Minggu, 10 Januari 2016 16:21
Bupati Magelang meninjau tanah rekah di Dusun Kupen, Desa Baleagung,
Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, akhir pekan lalu. Tanah rekah ini
mengancam 900 jiwa yang ada di bawah bukit tersebut.
Sedikitnya 227 jiwa yang berada di bawah tebing setinggi 50 meter di Desa Donomulyo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, terancam tanah longsor.
Hal ini lantaran tanah di tebing itu sudah mengalami retak dan merekah sepanjang 300 meter dengan lebar rekahan 10 sentimeter.
Rekahan tanah tersebut hingga kini masih menimbulkan kekhawatiran
bagi 67 kepala keluarga (KK) yang berada di wilayah desa yang berbatasan
dengan Kecamatan Grabag ini. Adapun, rekahan ini mulai mulai memanjang
sejak tiga tahun lalu.
“Awalnya, rekahan tanah hanya sepanjang sekitar 100 meter. Hanya
saja, pada musim penghujan selama dua bulan terakhir ini, rekahan tanah
terus memanjang hingga 300 meter. Lebar rekahan tanah mencapai sekitar
10 sentimeter,” jelas Pejabat Sekretaris Desa Donomulyo, Nur Supriyadi, akhir pekan lalu.
Dia menyebut, Desa Donomulyo terdiri dari tujuh dusun. Dusun Kalisalak adalah wilayah yang berpotensi terkena longsoran tebing tersebut.
Dia menyebutkan, pada siang hari, jumlah orang yang berpotensi terkena longsoran dimungkinkan bertambah menjadi 300 orang, karena di dusun tersebut terdapat dua sekolah.
“Selain di Dusun Kalisalak, retakan dan rekahan tanah juga
terdapat di tiga lokasi di tiga dusun lainnya. Beberapa retakan bahkan
baru muncul pada musim penghujan ini. Rekahan tanah mengancam enam
hingga 10 keluarga,” papar Nur.
Kondisi serupa juga dialami 900 jiwa warga di Dusun Kupen, Desa Bale Agung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Hal itu setelah ditemukan tanah rekah sepanjang 800 meter di wilayah tersebut.
Kepala Dusun (Kadus) Kupen, Muslih menjelaskan, rekahan tanah
tersebut memanjang di atas pemukiman warga bahkan hingga menerjang rumah
warga serta bangunan sekolah. Rekahan tanah ini terjadi pada musim
kemarau tahun lalu.
"Warga sangat khawatir dengan kondisi ini. Sebagai antisipasi longsor di wilayah tersebut sudah dipasangai alat pendeteksi pergerakan pergeseran tanah," katanya.
Dia mengatakan, sudah ada sejumlah EWS tanah longsor juga telah dipasang oleh tim dari UGM, BPPTKG dan BPBD Kabupaten Magelang bulan Desember tahun 2014 lalu.
Alat tersebut, difungsikan untuk mendeteksi terjadi gerakan tanah.
Sumber: (tribunjogja.com)
Minggu, 10 Januari 2016 16:21
0 komentar:
Post a Comment